Berita

Wak Wak Kung

Arena Bermain :

Luar ruangan

Cara Bermain :

Sebelum permainan dimulai, dua orang yang nantinya akan menjadi induk ayam atau Ulung (elang), mencari anak buah terlebih dahulu. Anak yang jaga seluruhnya berbaris susun ke belakang dan saling memegang pundak masing-masing, lalu mereka beramai-ramai menyanyikan lagu Wak-wak Kung :

Wak-wak kung nasinye nasi jagung

Lalapnya daon utan

Sarang gaok dipohon jagung

Gang … ging … gung …

Tam-tambuku

Seleret daon delime

Pato klembing pate paku

Tarik belimbing

Tangkep satu

Pit ala’ipit

Kuda lari kejepit-sipit.

Lagu pengiring tersebut dinyanyikan sambil berbaris mengelilingi dua pemain yang berhadapan dengan tangan diacungkan dan berpegangan membuat terowongan. Sampai lagu berakhir, barisan masuk terowongan dan anak yang tertangkap akan ditawari mau berada dibelakang siapa (disimbolkan, “kamu mao bulan ape bintang?”)

Setelah masing-masing mempunyai anak buah, keduanya suit untuk mengambil anak buah yang kalah yang akan dijadikan anak ayam. Kemudian yang menang akan menjadi induk ayam. Sedangkan yang kalah menjadi burung Ulung yang akan memburu anak-anak ayam. Kemudian perburuan pun dimulai. Jika semua anak ayam habis tertangkap, ganti induk ayam menjadi Ulung.

Tok Kadal

Permainan ini di beberapa daerah disebut kalawadi. Lahir karena anak-anak yang kaget melihat kadal, memukulnya hingga kadal melompat sangat jauh. Kemudian di buat permainan yang menyerupai memukul kadal tadi.

Arena Bermain :

Tanah lapang

Peralatan :

Alat permainannya berupa kayu bulat dan panjang lebih kurang 40 cm dengan diameter 2,5 sampai 3 cm untuk alat pemukul (pengetok), sedangkan untuk alat kadalnya kayu yang panjangnya kira-kira 10 cm. Kemudian dibuat lubang berdiameter sekitar 5 cm atau dua batu bata yang diletakkan sejajar dengan jarak 5 cm. Kayu yang digunakan biasanya adalah kayu nangka atau jenis kayu lain yang kuat.

Cara Bermain :

Permainan dilakukan oleh 2 kelompok. Setelah ketua kelompok (komandan) melakukan undian dengan suit, kelompok yang menang bisa mulai dulu dan yang kalah menjaga. Dilakukan dengan mencongkel kadal dari lubang setinggi dan sejauh-jauhnya. Kalau tertangkap (bal) oleh kelompok yang jaga maka pemain dianggap mati dan dilanjutkan pemain kedua. Jika tidak tertangkap, Kadal dilempar kepemukul. Kalau kena maka mati. Tapi kalau tidak kena permainan dilanjutkan.

Selanjutnya pemain memukul kadal yang dipegang pada satu tangan sejauh-jauhnya. Kalau tertangkap maka kalah. Jika tidak tertangkap, dilanjutkan dari awal tetapi jarak kadal dari lubang dihitung dengan menggunakan alat pukul. Ukuran panjang alat pukul, nilainya satu. Penilaian selanjutnya dihitung dari jumlah pukulan. Pukulan sekali nilainya satu kali 10, dan seterusnya kelipatan 10. Kelompok yang mendapat nilai lebih banyak adalah pemenangnya.

Gala Asin/Galasin

Arena Bermain :

Tanah lapang

Cara Bermain :

Permainan Gala Asin pada dasarnya hampir sama dengan permainan petak. Kalau permainan petak ada tempat inglo, maka dalam Gala Asin menggunakan galah yang diletakkan di tanah sebagai tanda area “asin”, bebas jaga. Artinya pemain yang berhasil melintasi galah dinyatakan menang dan tak boleh ditangkap oleh Penjaga.

Gala Asin biasa dimainkan secara beregu baik putra maupun putri, yang terdiri atas 5 orang. Permainan berlangsung selama 2×25 menit dengan istirahat 10 menit. Regu penjaga menempati garis jaganya masing–masing, sedangkan regu penyerang berusaha melewati garis–garis tersebut dengan menghindari dari tangkapan pihak penjaga.

Tuk-Tuk Geni

Arena Bermain :

Di dalam atau luar ruangan

Cara Bermain :

Permainan ini biasa dimainkan oleh anak-anak perempuan. Salah satu pemain menjadi “nenek gerondong”, dan yang lainnya dusuk berbaris dengan saling memeluk pinggang pemain di depannya. Lalu si nenek gerondong melantunkan pantun/lagu dengan syair :

Tok-tok-tok

Sapa tu

Nenek Gerondong

Mau Minta Apa

Mau minta ubi

Baru daun 1

Setelah sampai di syair terakhir, si nenek gerondong akan mengambil salah satu anak dari barisan secara acak, lalu ia harus menarik incarannya itu keluar dari barisan.

Petak Umpet

Arena Bermain :

Tempat yang luas dan banyak tempat untuk bersembunyi

Cara Bermain :

Permainan ini dimulai dengan si penjaga menutup matanya sedangkan anak-anak yang lain bersembunyi. Setelah yang bersembunyi memberi isyarat maka si penjaga mencari. Apabila si penjaga menemukan temannya yang bersembunyi, ia akan berteriak hong, sebaliknya bila yang bersembunyi berhasil mencapai inglo tanpa tertangkap maka ia akan berteriak, inglo, lio, lio.

Main Karet

Permainan ini dapat ditemukan di sebagian besar  wilayah Betawi, dan pada perkembangannya terdapat berbagai macam variasi permainan. Mayoritas permainan ini dilakukan oleh anak-anak wanita.

Arena Bermain :

Ruang terbuka

Peralatan :

Jalinan karet yang membentuk tali

Cara Bermain :

Pada sasarnya permainan karet ini terbagi dua regu. Dua orang penjaga bertugas memegang jalinan karet dengan ketinggian tertentu, dan regu lawannya berusaha untuk melompati karet tersebut. Pada dasarnya terdapat beberapa variasi permainan :

Karet Lompat

Regu pemasang membentangkan karet dengan urut-urutan ketinggan sebagai berikut :

  • setinggi dengkul (pelompat tidak boleh menyentuh karet)
  • pinggang (pelompat tidak boleh menyentuh karet)
  • pusar
  • pundak
  • telinga
  • kepala
  • sejengkal di atas kepala
  • ukuran tangan terbuka (disebut “merdeka”)

Karet Puter

Permainan dilakukan dengan memutar-mutar jalinan karet, dan pemain harus melompati karet tersebut. Pada permainan ini diperlukan ketangkasan pelompat untuk mengikuti irama putaran karet. Sebelum bermain ditentukan batasan berapa kali putaran karet yang harus dilompati oleh pemain. Jika gagal sebelum mencapai jumlah putaran yang disepakati, pemain dinyatakan kalah.

Karet Yeye

Permainan dilakukan dengan melompati jalinan karet dengan lompatan yang melilit karet dan kemudian pemain harus berusaha melepas lilitan tersebut kembali. Pemain dinyatakan kalah ketika karet terlepas dari lilitan (pada saat tahap melilit karet), dan ketika karet tidak lepas dari lilitan (pada tahap melepas karet).

Gundu / Kelereng

Permainan anak laki-laki berumur 7-12 tahun dan dilakukan oleh semua lapisan masyarakat. Jumlah pemainnya tidak tentu dan bermanfaat untuk keterampilan serta hiburan. Permainan gundu biasa dimainkan pada siang hari.

Arena Bermain :

Tanah lapang

Peralatan :

Kelereng

Cara Bermain :

Lubang dibuat pada jarak 2 m setelah garis. Garis ini sebagai batas untuk melempar gundu masing-masing anak ke dalam lubang. Yang dapat memasukkan gundunya ke dalam lubang dapat berjalan terlebih dahulu. Selama permainan berlangsung masing-masing berusaha untuk dapat mengalahkan lawannya. Yang menang dapat mengambil gundu lawan yang dikalahkannya.

Gangsing

Permainan ini di Jakarta sudah ada sejak tahun 1950-an. Saat ini, sudah ada induk organisasi yang menaungi permainan gasing ini, dan disebut PERGASI (Persatuan Gasing Seluruh Indonesia), dimana di setiap provinsi sudah terdapat Pengurus Daerah PERGASI. Jumlah pemain tidak dibatasi, semakin banyak yang ikut bermain akan menjadi lebih menarik. Permainan ini masih sering dimainkan saat ini, bahkan pada beberapa acara juga diperlombakan. Ada dua jenis Gasing yang dieprlombakan secara ansional, yaitu:

  1. Gangsing jenis jantung
  2. Gangsing jenis Berembang

Arena Bermain :

Lahan tanah dengan lingkaran berdiameter 0,5 – 1 meter.

Peralatan :

Gangsing terbuat dari batang pohon asam, jambu batu,  atau sawo  yang berbentuk kerucut dan diberi potongan paku kecil di ujung bawahnya. Tali digunakan sebagai alat untuk melempar gasing.

Cara Bermain :

  • Gangsing Angonan,

Setiap Gangsing peserta yang berputar dan berhenti di dekat garis lingkaran dinyatakan kalah. Karena kesalahannya, maka para peserta lainnya dibolehkan memukul secara bergiliran gangsing si kalah tadi dengan gangsing mereka masing-masing dan berusaha mengusirnya ke luar dari lingkaran. Peserta yang kalah tadi harus berusaha memasukkan kembali gangsingnya ke dalam lingkaran, dan apabila ia berhasil maka permainan harus diulang kembali.

  • Gangsing Ambilan

Setiap peserta akan memasang satu buah gangsing dalam lingkaran. Setelah diadakan undian, peserta yang berhak lebih dahulu memukul gangsingnya ke tumpukan gangsing di dalam lingkaran. Jika gangsing yang dipukul keluar lingkaran, maka gangsing tersebut menjadi hak pemukul.

  • Gangsing Cocogan

Setiap peserta menaruh gangsing pasangannya didalam lingkaran, lalu ia harus dapat mengeluarkan pasangannya itu. Setiap peserta yang memasang akan dipukul secara cocog oleh pemukul, biasanya kalau bahan kayu tidak kuat akan pecah dan yang dapat memecahkan gasing lawan maka akan dinyatakan sebagai pemenang.

Bagi peserta yang tidak dapat mengeluarkan atau paling akhir berhasil mengeluarkan gangsing pasangannya, maka ia dinyatakan sebagai yang kalah dan harus menerima cocogan dari gangsing peserta lainnya. Gangsing yang tidak keluar atau keluar dari lingkaran paling akhir akan dianggap

Balap Karung

Permainan Balap Karung sudah berkembang sejak jaman Belanda, dimana umumnya dilakukan pada acara keramaian dan perayaan. Dahulu, permainan ini umumnya hanya dilakukan di sekolah dasar dan kampung-kampung. Tapi pada perkembangannya, saat ini permainan ini masih eksis dan sering diadakan di sekolah, perkampungan, dan perkantoran. Keistimewaan lain adalah Balap Karung ini dimainkan oleh berbagai kalangan dari segala usia.

Arena Bermain :

Lahan memanjang sekitar 20 meter dan lebar 3-4 meter yang dibagi menjadi 4 atau 5 jalur.

Peralatan :

Karung beras dengan ukuran sesuai postur tubuh pemainnya.

Cara Bermain :

Cara mainnya, bebas asal tetap dalam karung. Ada yang meloncat-loncat dengan dua kaki, melangkah pelan-pelan atau lari biasa. Yang paling sering digunakan adalah cara meloncat-loncat. Antara peserta tidak boleh saling menubruk atau menghalangi lawan. Karena tujuannya untuk lebih menonjolkan kelucuan suasananya, diantara peserta sendiri sering becanda,  saling mentertawakan  sambil berusaha sekuat tenaga untuk menang.

Hompimpa

Pelaku :

Lebih dari dua orang

Peraturan :

Pengundian yang dilakukan untuk menentukan dua orang tersisa. Cara pengundian ini biasa dilakukan dengan cara menengadahkan (menghadap ke atas) atau menelungkupkan tangan (menghadap ke bawah). Aturannya adalah :

  • Jika semua tangan berada di posisi yang sama, berarti semua seri, dan hompimpa diulangi kembali.
  • Jika ada beberapa tangan yang hadapannya berbeda, dicari hadapan kelompok tangan yang jumlahnya paling sedikit. Kelompok/pemain ini dinyatakan lolos dan tidak perlu melanjutkan pengundian.
  • Aturan in terus berulang sampai hanya tersisa dua orang saja, dan penentuan selanjutnya akan memakai cara suitan.